Memupuk Rasa Saling Percaya

Minggu, 31 Januari 2010

Menikah berarti menyempurnakan ibadah,bahkan bisa membuat kaya. Tengoklah surat An-Nur ayat 32 : “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendiriian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan menjadikannya kaya dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ”

Wahai muda-mudi Islam,

Singkirkan keraguan untuk menikah. Bertekadlah untuk menjadi pribadi mandiri yang bertanggung jawab. Menikmati hidup di masa muda bukan sekedar memperbanyak harta lalu membeli apapun yang diinginkan. Melainkan, bersyukur dengan melakukan sesuatu yang membuat hidup lebih bermakna. Jadikan menikah sebagai pilihan. Jika ada yang bertanya, jangan terus menerus menjawab “belum siap”, tapi ganti dengan “insya Allah, siap.”

Wahai calon pengantin,

Sebelum melangkah ke pelaminan, ingat selalu pesan orang tua dalam memilih pendamping hidup. Ingat bahwa ridha Allah berada dalam ridha orang tua. Jangan terpesona dengan penampilan fisik dan gelimang materi yang melenakan. Sadarlah, roda hidup selalu berputar dan tak ada yang abadi di dunia ini. Cari suami dan istri yang sesuai dengan bibit, bebet, dan bobot yang Allah tentukan. Yang mampu mengimami dan pandai mengaji. Pilihlah pribadi yang bisa kau percaya keimanan, akhlak, dan karakternya.

Wahai pengantin baru,

Masa awal pernikahan memang indah. Tapi, jangan terlena karenanya. Ini adalah waktu untuk merencanakan masa depan, membangun rasa saling percaya, dan memulai lembaran baru dengan ikhlas. Bila pendamping yang terpilih sesuai dengan kriteria yang dinjurkan Islam,insya Allah tidak sulit untuk berkata “Aku percaya padamu.”

Wahai para suami,

Saling percaya adalah buah dari memilih istri shalihah. Saat menceritakan masalah yang membuatmu geram, kata-kata bijaknya akan menyejukkan hatimu. Sepulang dari lelah mencari nafkah, dia akan menyambutmu dengan kata-kata yang membuatmu merasa tidak sia-sia bekerja. Tak ada provokasi atau ghibah meluncur dari bibirnya, yang bisa membuatmu merasa iri, terhina atau marah. Kau percaya bahwa dia mampu mengurus rumah tangga dengan baik, menghindarkan diri dari fitnah, dan menjaga aibmu.

Wahai para istri,

Saling percaya adalah buah dari memilih imam yang baik. Hati tetap tenang meskipun waktu 24 jam
terasa kurang baginya untuk bekerja. Tak ada gundah meskipun dia jauh di benua lain. Tak ada prasangka buruk seandainya ada sms atau nama seorang perempuan memanggil dari layar handphone-nya. Kau percaya bahwa kesibukannya di luar rumah semata bertujuan untuk memperkuat kondisi rumah tanggamu dengannya.

Wahai pasangan suami istri,

Niat yang baik, kriteria yang baik, dan cara yang baik dalam memulai perkawinan, adalah bekal untuk dapat saling percaya. Jika pasangan suami istri saling percaya, hasilnya adalah saling mendukung dan saling menghargai. Suami dan istri dapat mengembangkan diri demi meningkatkan kualitas anak-anak kelak. Hati tak dikotori prasangka, pikiran terbebas dari curiga, hidup pun terasa tenang. Semua dimulai dari saling percaya.

Sikap saling percaya tidak tumbuh begitu saja. Pupuknya adalah kejujuran dan keterbukaan dalam menyikapi peristiwa dalam hidup. Tak perlu melebih-lebihkan atau mengurangi porsi fakta dalam sebuah kisah. Keberhasilannya tergantung dari usaha pasangan suami istri. Seperti yang dikatakan Aisyah ra., “Pernikahan itu sangat sensitif dan tergantung kepada kepribadian masing-masing untuk mendapatkan kemuliaannnya.”

By : Anggun


Read More..

Kala Suami Rindu Masakan Istri

Para suami yang merindu, ingatkah kapan terakhir memuji masakan yang diolah tangan mulus istri Anda? Atau, kapan terakhir kali menolong istri di dapur, walau hanya dengan mencuci piring yang Anda pakai? Sudah berapa lama usia pernikahan Anda? Dalam rentang waktu itu, pernahkan sekali saja memasakkan sesuatu untuk istri Anda? Setidaknya, pernahkah sekedar membuatkannya teh hangat di pagi hari? Hal-hal yang nampak sepele namun sangat berarti bagi istri.
Rindu masakan istri melambangkan betapa suami membutuhkan kasih sayang pendampingnya. Jerih payah istri membeli bahan makanan di pasar, meracik bumbu, menyalakan api untuk menggoreng, hingga menyajikannya di meja makan adalah suatu bukti cinta dan bakti seorang istri. Meski bukan berarti mereka yang tidak bisa memasak adalah istri yang tidak berbakti. Dan suami tentu harus dapat menghargainya.
Salah satu sikap suami yang menghargai istrinya dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Suatu malam saat sedang bercengkerama dengan Aisyah ra., Rasul meminta izin melakukan sholat malam, “Ya Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Tuhanku.”
Kemudian Aisyah berkata, “Sesungguhnya aku senang merapat denganmu, tapi juga senang melihatmu beribadah.”
Setelah diizinkan Aisyah, barulah Rasul berwudlu. Kejadian tersebut mengisyaratkan betapa istri adalah seorang yang terhormat di mata Rasul. Penggalan kisah ini dinukil oleh Ibnu Katsir. Banyak hikamh yang dapat Anda contoh dari perilaku Rasul. Tentang penghargaan, penghormatan, dan kecintaan beliau yang ditunjukkan lewat perhatian, kesetiaan yang tulus, serta cinta yang bersih.
Kala suami merindukan masakan istri, jangan serta merta mencibir bila masakannya kurang mengena di lidah Anda. Jangan menghina bila istri ternyata belum bisa memasak. Inilah kesempatan Anda untuk membimbing istri tercinta.

Memasak adalah Ibadah

Jika istri Anda enggan memasak, berilah pemahaman bahwa memasak bisa menjadi satu bentuk ibadah. Jika diniatkan lillahi ta’ala untuk menyenangkan suami, insya Allah tersedia pahala bagi istri. Yakinlah bahwa memasak tidak sesulit yang dia bayangkan. Belilah buku-buku resep masakan praktis yang bisa dipraktikkan di rumah.

Belajar Menghargai

Bukan suatu hal yang memberatkan untuk menghargai makanan yang dimasak khusus untuk Anda setiap hari, dengan mengusahakan tidak makan sore di luar. Dan bila istri Anda belum mahir memasak, hargai setiap masakan eksperimen buatannya. Jika ingin memberi masukan, katakan dengan cara santun atau dengan sentuhan humor. Bukankah kalimat bijak mengatakan Bisa Karena Biasa.

Tidak Pelit Pujian

Secara psikologis, manusia perlu merasa dihargai. Salah satu bentuk penghargaan yang tidak mahal adalah memberinya pujian. Kata-kata seperti “Masakan Mama enak sekali” atau “Wah, ternyata aku memang tidak salah memilih istri” tentu akan membuatnya bangga.

Masuk ke Dapur

Sebagai suami yang baik, tak ada salahnya Anda menyelami aktivitas istri di rumah. Ketika dia sedang sibuk di dapur, dekati dan bantulah dia semampu Anda. Istri akan merasa senang karena Anda begitu perhatian padanya. Bila anda sangat menyayanginya, mengapa tidak belajar memasak? Sesekali gantian Anda yang memanjakan istri.

Cinta bisa datang dari mana saja. Dan terbukti, salah satunya bisa datang dari kelezatan masakan istri yang mengisi perut Anda.


By : Anggun

Read More..

ti2k's blog Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino